Hingga pengantar ini ditulis, saya adalah kolaborator paling lama yang berada di studio kecil ini. Mendirikan kantor yang pada saat itu terkesan idealis (atau mungkin lebih tepatnya naif) apalagi dengan motivasi sebagai perpanjangan dari pembebasan diri agar tetap bisa berkarya layaknya studio kampus membuat saya tidak berekspektasi tinggi dengan arah haluan studio ini, bisa bertahan lebih dari setahun saja sudah cukup, sisanya saya anggap bonus. Pertemuan studio ini dengan kolektif Kammari dimulai dari percakapan via DM instagram SB301 Office. Sebelum menjeda hari dengan makan siang, notifikasi smartphone saya berbunyi, ada pesan masuk bertuliskan ‘permisi, mau tanya harga desain SB301 Office untuk merancang?’.
Saya punya prinsip bahwa dengan siapapun kita akan berkenalan walau sama-sama saling tau, biasakan untuk memperkenalkan diri dan memberi sedikit latar belakang, sesederhana agar membantu lawan bicara kita tau dengan siapa mereka berkenalan dan untuk apa mereka terlibat dalam percakapan itu.
Saya menyambut pesan tersebut dengan balasan : ‘halo, bisa kenalkan diri kamu dan proyek apa dan dimana yang sedang akan kita bicarakan?, saya fikri, design director SB301 Office, salam kenal’. Percakapan tersebut berlanjut begitu dingin, saya tidak sepenuhnya membuka diri apalagi pada orang yang ujug-ujug datang menanyakan harga jasa studio ini tanpa perkenalan jelas dan dengan second account ribuan following minim followers bak akun bodong.
Belakangan diketahui pemilik akun tersebut tenyata manusia asli dan nama orang tersebut adalah Rekha, orang dengan segala khasanah pengetahuan, dan mungkin salah satu orang terlihai untuk menemukan harta karun fisik, intelektual, kultural, atau apapun, termasuk menemukan SB301 Office. Dia adalah orang yang bertanggungjawab memaksa seluruh rekannya untuk menjadikan studio kami menjadi arsitek mereka, dan untuk itu kami berhutang jasa begitu banyak, thanks kha.
Percakapan setelahnya masih berlalu dengan dingin, sampai suatu ketika kami mendapat kiriman begitu banyak foto dan video site yang memperlihatkan suasana bangunan eksisting lengkap dengan suara mereka bercakap-cakap sambil menelusuri seluruh isi ruang. tanpa bisa menahan diri, kami langsung membuka diri, video-video tersebut terasa seperti sebuah panggilan, site yang eksotis ditambah percakapan bereka yang pelan-pelan terdengar seperti ‘sepertinya orang-orang ini punya cara berkomunikasi dan bergurau yang sama dengan kami di studio’. 2 pekan setelahnya, Kammari bertandang ke tempat kami. Pada pertemuan perdana kunjungan mereka ke studio kami cukup mengagetkan, 6 pemuda dari beragam latar belakang datang serempak ke meja kami yang saat itu hanya berdua. Dan benar, kami sempat terasa terintimidasi, ada rasa canggung untuk sama-sama memulai percakapan. Pada akhirnya kami berusaha menyambut dengan membuka percakapan ringan dan bertukar informasi soal latar
belakang masing - masing sampai saat selesai dan semua hening, mereka mengeluarkan sebuah tablet digital lalu menyuguhkan kami sebuah deck presentasi, dan meminta izin untuk mempresentasikannya kepada kami.
Deck di presentasikan dalam durasi 10 menit, memuat segala bayangan dan visi mereka tentang bagaimana eksisting bangunan bisa di aktivasi (secara abstrak dan konseptual) diikuti dengan sederetan data dan narasi tentang kota lama. Lewat Presentasi tersebut kami dibawa tenggelam bersama imajinasi mereka sampai akhirnya ditutup dengan sebuah layar hitam dengan teks warna putih bertuliska ‘Apakah SB301 Office bersedia menjadi arsitek kami?’. Bagi sebagian orang atau sebagian arsitek momen diatas mungkin terasa biasa, tapi bagi kami, malam itu spesial. Seperti ada sebuah kelegaan sendiri, setelah melewati naik turunnya mendirikan studio dan menjaga api untuk berarsitektur, akhirnya ada client yang mendengar kami, mengejar kami, mem-pitching kami dengan sebuah permintaan spesifik hanya untuk kami, dan lucunya, mirip dengan cara kami melakukan hal serupa.
Proyek kammari adalah momen yang terlalu indah untuk menjadi nyata. Sebuah proyek placemaking, berlokasi di Kawasan historis kota lama, terletak bersebrangan dengan bangunan cagar budaya yang dipugar oleh dosen dan almamater kami tercinta, berada di salah satu potongan kota yang punya kesan tersendiri bagi saya 6 tahun lalu, serta digawangi dengan 6 orang gila yang belakangan menamakan diri mereka kolektif Kammari.
Selama prosesnya baik SB301 Office dan Kammari memiliki semacam hubungan
tarik ulur untuk diskusi, untuk mengkritik, dan untuk saling menyemangati. Dengan
usia kantor yang relatif masih muda, tidak mudah bagi kami memahami seluruhnya
dalam waktu yang singkat. Secara Internal baik Kammari maupun
SB301 Office terlihat menikmati prosesnya, walaupun disaat yang bersamaan juga
terlihat terseok-seok, entah apakah ini hal yang baik atau hal yang buruk. Selama prosesnya setidaknya untuk kami atau saya, proses ini melatih kepekaan saya untuk mengenal kota dengan segala lapisan elemen fisik dan sosialnya yang bermuara pada mengenal ulang diri sendiri.
Berhasil mensintesiskan semua pengalaman serta menuangkannya dalam sebuah rancangan yang tervalidasi secara kolektif adalah sebuah kemenangan tersendiri. proyek ini memang tidak terbangun secara fisik, tapi hampir setiap orang yang beririsan tau persis bagaimana proyek ini memperkaya pikiran, kedewasaan, pengalaman, dan khazanah masing-masing individu yang beririsan. Meninggalkan kesan, walau tanpa bentuk fisik bangunan.
Agenda pameran ini adalah rencana SB301 Office yang telah tercatat dari awal studio ini didirikan. awalnya kami berencana untuk menampilkan sebagian koleksi proyek dan gagasan yang telah di produksi studio ini selepas melewati tahun ke 3. Namun dalam sebuah perbincangan ringan dengan salah satu kolaborator (Aryazopa) dalam perjalanan sitevisit via kereta malam. Arya mengatakan, Kammari memang tidak terbangun, tapi rancangannya cukup solid dan bisa terasa spesial bahkan untuk orang yang tidak terlibat. Kalaupun ternyata anggapan itu salah, anggap saja ini sebagai sebuah perayaan untuk Kammari dan SB301 Office. Lagi pula, membuka dan mengkurasi seluruh kotak arsip SB301 Office pasti membutuhkan energi yang tidak sedikit apalagi untuk studio yang belum pernah melakukan pameran
solo dan minim pengalaman dalam mengolah arsip dan pamerannya sendiri. Sambil menyelesaikan sesapan terakhir coklat panas cepat saji dari pramusaji KAI Mutara Selatan rencana pameran ini dibuat, dan jika kalian berhasil membaca paragraf-paragraf pengantar ini, maka rencana itu terjadi, dan kalian telah terlibat dalam bagian perjalanan SB301 Office dan
kolektif Kammari.
Buku ini adalah pelengkap untuk mereka yang datang ke pameran perdana SB301 Office bertajuk Archives dan Process dan gambaran non-spasial untuk mereka yang tidak dapat hadir. Kami tidak pernah merencanakan perjalanan berstudio ini secara serius, walau bukan berarti kami menjalaninya dengan main-main. Tidak ada yang bisa ditawarkan buku ini selain arsip dan proses, maka ada yang salah dengan kalian jika mencari sesuatu yang serius dalam buku semain-main ini.
Terimakasih telah menjadikan buku ini sebagai salah satu koleksi kalian.
Selamat menikmati.
SB301 Office’s Archives and Process. PS : Archives and Process akan di cetak ulang dalam kuartal 2 tahun ini. sila ikuti @SB301_ dan @301.journal di Instagram untuk info lebih lanjut.
Yorumlar