top of page
Writer's pictureNisita Hapsari

SENI DEMONSTRASI DAN BERDEMOKRASI

Updated: Jan 7, 2021

Demonstrasi Omnibus Law menjadi salah satu topik yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di Indonesia. Terlepas dari pro kontra yang berlangsung terhadap protes yang diajukan, peristiwa ini menuai konflik karena mengakibatkan kerusakan pada 46 halte Transjakarta akibat demonstrasi yang dilaksanakan pada Kamis, 8 Oktober 2020. Biaya yang besar perlu dikeluarkan oleh pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan perbaikan. Hal ini berulang kali disorot dan beberapa pihak menganggapnya sebagai aksi perusakan akibat emosi sesaat.


Pada dasarnya, kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum merupakan hak konstitusional yang dilindungi. Selebihnya, tindakan-tindakan yang timbul sebagai aksi protes menjadi dampak dari situasi kompleks yang sedang berlangsung. Merasa suaranya tidak didengar, para pendemo merasa perlu melakukan sesuatu untuk menarik perhatian pemerintah. Akan tetapi, aksi vandalisme bisa jadi membuat pelakunya terjerat hukuman pidana karena dianggap merugikan kepentingan umum.


Belum selesai dengan demonstrasi dan aksi perusakan tersebut, massa kembali melakukan demo terkait UU Cipta Kerja di sekitar kawasan Patung Kuda, Jakarta pada hari Jumat (16/10). Kali ini, beberapa orang turut mengenakan berbagai macam kostum sebagai simbol protes terhadap kebijakan pemerintah. Ada yang menggunakan dandanan seram ala dukun dan mak lampir, juga ada yang mengenakan topeng Guy Fawkes.


Tokoh yang banyak dikenal dari film V for Vendetta ini adalah karakter yang cukup lekat untuk menggambarkan sikap protes terhadap kebijakan tirani. Guy Fawkes telah menjadi ikon yang seringkali diangkat dalam aksi unjuk rasa di berbagai negara. Meski demikian, tidak ada yang bisa memutuskan apakah ia atau pun V sebenarnya adalah pahlawan atau pelaku kriminal. Kisah bermula dari insiden Serangan Bubuk Mesiu yang dipelopori oleh Guy Fawkes pada tanggal 5 November 1605. Ia berencana meledakkan Gedung Parlemen Inggris (House of Lords) sebagai bentuk perlawanannya terhadap pemerintah Inggris yang pada saat itu bersikap totaliter. Negara bahkan memiliki kuasa untuk menentukan agama yang dianut warganya.


Karakter ini kemudian diwujudkan kembali dalam rupa topeng yang dilustrasikan oleh David Lloyd untuk kebutuhan novel V for Vendetta. Meski berjenis fiksi futuristik, cerita tersebut masih mengusung semangat perlawanan yang serupa terhadap pihak penguasa. Dalam sebuah adegan, sang protagonis mengungkapkan misinya untuk membakar gedung pemerintah. Menurut karakter V dalam dialognya dengan Evey, warga tidak seharusnya takut dengan pemerintah dan pemerintah lah yang semestinya sadar akan kekuatan yang dimiliki oleh warganya.


Tidak ada yang tahu pasti apa yang benar atau salah. Segala tindakan punya konsekuensinya masing-masing. Kembali kepada intensi awal pelaku: memilih aksi damai tapi tidak didengar, atau rusuh tapi mendapatkan perhatian dari tokoh pemerintahan. Jalan tengah bisa jadi ada. Aksi Kamisan adalah salah satu contoh nyata tindakan damai dalam berunjuk rasa. Massa berdiri di depan Istana Negara untuk menuntut penyelesaian kasus pelanggaran HAM di masa lampau. Sayangnya, telah berjalan 13 tahun dan diselenggarakan lebih dari 600 kali, hasil yang memuaskan tidak kunjung dituai.


Jika satu cara tak lagi ampuh, pilihan berikutnya adalah tanggung jawab warga negara. Demonstrasi adalah hal yang lumrah terjadi di negara demokrasi. Masyarakat memiliki kesadaran bahwa semua perangkat, termasuk warga dari kalangan apapun, turut punya andil dalam arah pergerakan negara hingga masa mendatang. Maka, aksi yang dilakukan adalah perpanjangan suara untuk mendobrak titik normal dilaksanakannya demonstrasi. Mana yang lebih mendesak: fasilitas umum atau dampak jangka panjang dari kebijakan yang dipertentangkan?


Hitam atau putih, semua adalah tentang meredam ego.

“The building is a symbol, as is the act of destroying it. Symbols are given power by their people. By itself, a symbol is meaningless, but with enough people, blowing up a building can change the world.”

57 views

Comments


bottom of page