Sejak awal peradabannya, manusia telah mulai membangun untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Diawali dengan menghuni gua di zaman pra-sejarah, manusia kemudian membangun sendiri struktur rumahnya dari batu atau pepohonan dan dedaunan ketika mulai hidup berpindah. Namun tak hanya manusia, banyak spesies hewan yang sejatinya sudah sejak lama melakukan kerja membangun. Beberapa hal yang menjadi alasan dibaliknya ialah untuk menciptakan habitat tempat berlindung (rumah), menangkap mangsa (perangkap), atau sebagai sarana komunikasi antar sesama spesiesnya.
Larva caddisfly adalah salah satu yang membangun selubung perlindungannya sendiri. Hidup sebagai penghuni ekosistem air tawar, larva caddisfly tinggal dan mencari mangsanya di berbagai habitat seperti sungai, danau, kolam, rembesan mata air, atau perairan sementara (kolam vernal). Segera setelah bayi-bayi lalat kadis ini menetas dari telurnya, mereka turun dari permukaan air dan mulai membangun selubung pelindungnya di dalam air. Larva yang termasuk dalam sub-ordo Integripalpia menciptakan selubung yang bersifat portable. Artinya, larva-larva tersebut turut membawanya saat bergerak mencari makan. Sedangkan, larva-larva yang merupakan bagian dari sub-ordo Annulipalpia, membangun tempat tinggal dan menetap di satu lokasi. Mereka menciptakan perangkap untuk menangkap mangsa incarannya.
(a)
(b)
Larva caddisfly sedang membangun konstruksi perlindungannya: (a) larva dari sub-ordo Integripalpia; (b) larva dari sub-ordo Annulipalpia. Fotografer: Jan Hamrsky. Sumber gambar: www.lifeinfreshwater.net
Kerap kali disebut sebagai arsitek bawah air, hewan yang termasuk dalam order Trichoptera ini mampu membangun konstruksi pelindung tubuhnya dari berbagai material yang berhasil ditemukan di lingkungannya (Mackay & Wiggins, 1979). Pada umumnya, materi yang digunakan adalah partikel-partikel organik seperti serpihan daun dan ranting, atau juga partikel anorganik seperti pasir dan serpihan bebatuan. Bahan-bahan tersebut kemudian saling direkatkan dan disatukan menggunakan benang sutra yang dipintal dengan kelenjar di labiumnya.
Beberapa selubung buatan larva caddisfly dari material yang dikumpulkan di habitat airnya. Fotografer: Ingo Arndt. Sumber gambar: www.naturepl.com
Larva caddisfly menggunakan pelindung buatannya untuk menjaga perut lunaknya dari serangan predator dan abrasi dari partikel-partikel kasar yang ada di sungai. Selubung ini terus diperbaiki jika mengalami kerusakan atau dibangun ulang ketika larva kian beranjak dewasa. Setiap spesies memiliki keahlian yang berbeda dalam mengolah bahan tertentu yang mereka temukan. Meskipun demikian, pemilihan material ini dapat berubah seiring bertumbuhnya larva. Penggunaannya juga tetap bergantung pada ketersediaan bahan selama musim tertentu dan faktor lingkungannya. Larva yang hidup di habitat dengan arus air yang terus bergerak, cenderung memilih komponen penyusun selubung yang lebih berat untuk memudahkannya mengendalikan pergerakan.
Arus air melalui selubung perlindungan larva Caddisfly dari sub-ordo Integripalpia karena pergerakan abdomen. Ilustrasi oleh: A. Odum. Sumber gambar: www.academic.oup.com/ae/article
Kemampuan khusus si bayi lalat kadis ini turut menarik perhatian Hubert Duprat, seorang seniman asal Prancis. Dalam rentang waktu antara tahun 1980-2000, ia melakukan manipulasi kondisi dengan cara memindahkan beberapa ekor larva caddisfly dari habitat aslinya ke habitat air buatan. Di lingkungan buatan yang baru tersebut telah tersedia pula berbagai manik-manik, mutiara, dan serpihan emas 18 karat. Berbagai jenis batuan lain juga kemudian ditambahkan secara berkala. Beliau mengumpulkan larva-larva yang termasuk famili Limnephilidae, Leptoceridae, Sericostomatidae dan Odontoceridae dari sungai di daerah pegunungan dengan ketinggian rendah dan sedang. Secara hati-hati, mereka dilepaskan dari selubung alaminya dan diletakkan di habitat yang telah dipersiapkan tadi dalam kondisi menyerupai musim dingin untuk memperpanjang masa membangun dan menunda proses nymphosis. Eksperimen ini kemudian menghasilkan karya selubung dari material perhiasan yang tidak biasa ditemukan dan digunakan dalam situasi alami seekor larva. Berdasarkan pengamatan selama proses pembuatan dan hasilnya, tiap spesies memiliki preferensi masing-masing dalam memilih material penyusun selubungnya.
Konstruksi pelindung larva caddisfly yang habitatnya dimanipulasi oleh seniman Hubert Duart. Fotografer: Fabrice Gousset. Sumber gambar: www.thisiscolossal.com
Belajar dari si bayi lalat, mereka jelas menggunakan 100% kearifan lokal. Sepertinya, mereka juga tidak banyak beradu argumen soal langgam apa yang baik digunakan. Semua material dipilih dengan menyesuaikan bahan yang ditemukan. Keahliannya membangun tidak membuatnya lupa untuk peka terhadap kondisi lingkungan dan tetap menyesuaikan pola hidup penghuninya. Lingkup-lingkup baru diciptakan tanpa terkotak-kotak dalam penyusunan yang sudah ada sebelumnya. Jam terbang tinggi dalam membangun tidak kemudian membuat si larva terjebak dalam konstruksi-konstruksi pikiran pendahulunya.
Emas atau tidak, batuan mulia atau tidak, selubung yang telah dibuat larva-larva tersebut berfungsi sesuai kondisi yang dihadapi masing-masing individunya. Jika terjadi kerusakan, si bayi caddisfly akan memperbaiki kembali konstruksinya, tetap dengan bahan yang ia temukan dan pilih di lingkungannya untuk membentuk pelindung yang semakin kuat. Apa iya ketika telah beranjak dewasa, mereka kemudian saling menyombongkan mantel buatannya semasa masih berwujud larva? Yang produk keluaran pembangunannya berkilau paling terang adalah lalat kadis golongan terpandang!
Ah, barangkali itu hanya halusinasi belaka.
Atau, apakah itu sebenarnya adalah sifat dasar si arsitek manusia?
Mana mungkin.
Kita ini kan orang-orang berpendidikan.
Ferry et al. 'Do all portable cases constructed by caddisfly larvae function in defense?'. Journal of Insect Science. Volume 13. Article 5.
Wiggins, Glenn B. 'Caddisflies: Architects Under Water'. American Entomologist.Volume 53, Issue 2, Summer 2007, Pages 78–85. https://en.wikipedia.org/wiki/Caddisfly
Comentários